Minggu, 21 Desember 2014

Strategi mengatasi anak yang mengalami kesulitan mengarang

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pembahasan  tentang  hakikat kesulitan belajar sangat diperlukan  karena dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan adanya penggunaan istilah tersebut secara keliru. Banyak orang, termasuk sebagian para guru, tidak dapat membedakan antara kesulitan belajar dengan tunagrahita. Dengan memahami hakikat kesulitan belajar,jumlah dan klasifikasi mereka dapat ditentukan dan strategi penanggulangan yang efektif dan efisian dapat dicari. Penyebab kesulitan belajar juga perlu dipahami. Kesulitan belajar khusus merupakan suatu gangguan pada satu atau lebih proses psikologis dasar yang meliputi pemahaman dan penggunaan bahasa, lisan atau tulisan, yang dapat diwujudkan dengan kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengar berfikir, berpikir, berbicara, membaca, menulis, atau melakukan perhitungan matematis.
Kesulitan belajar memiliki beberapa bagian diantaranya seperti yang telah dijelaskan diatas. Salah satu diantaranya ada kesulitan dalam mengarang. Mengarang merupakan suatu bentuk ekspresi ide, perasaan yang dilakukan secara tertulis, suatu bentuk komunikasi. Kemampuan mengarang merefleksikan tingkat kemampuan individu dalam menyusun dan meningkatkan ide serta mengkomunikasikannya. Keterampilan mengarang tidak akan muncul sampai seorang individu mendapat pengalaman intensif yang berkaitan dengan membaca, mengeja dan mengepresikan ide secara verbal. Anak berkesulitan mengarang merupakan anak yang mengalami masalah dalam menyusun, mengepresikan ide, perasaan tertulis dalam bentuk komunikasi. Berbagai hal dapat menyebabkan timbulnya masalh kesulitan mengarang. Oleh sebab itu sebagai calon guru, mestinya bisa memahami dengan baik kesulitan yang dialami anak, agar dalam pemberian layanan, batuan tepat pada yang dibutuhkan oleh peserta didik.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan mengarang?
2.      Apa yang menjadi factor penyebab anak menjadi kesulitan mengarang?
3.      Bagaimana strategi mengatasi anak yang mengalami kesulitan mengarang?

1.3  Tujuan
Untuk memahami:
1.      Pengertian mengarang
2.      Factor penyebab anak menjadi kesulitan dalam mengarang
3.      Strategi mengatasi anak yang mengalami kesulitan mengarang












BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Mengarang
Menurut Martini Jamaris (2009:219) Mengarang merupakan suatu bentuk ekspresi ide, perasaan yang dilakukan secara tertulis, suatu bentuk komunikasi. Kemampuan mengarang merefleksikan tingkat kemampuan individu dalam menyusun dan meningkatkan ide serta mengkomunikasikannya. Keterampilan mengarang tidak akan muncul sampai seorang individu mendapat pengalaman intensif yang berkaitan dengan membaca, mengeja dan mengepresikan ide secara verbal. Anak berkesulitan mengarang merupakan anak yang mengalami masalah dalam menyusun, mengepresikan ide, perasaan tertulis dalam bentuk komunikasi. Berbagai hal dapat menyebabkan timbulnya masalah kesulitan mengarang. Pengungkapan ide dan perasaaan secara tertulis meliputi kegiatan berupa ketepatan menulis kata dengan bentuk huruf-hurufnya, ejaanya, tata bahasa, tanda baca, penyajian ide dan pemilihan kata yang tepat. Oleh sebab itu mengarang lebih sulit dari pada membaca atau menulis.
Mengarang disebut juga dengan menulis ekspresif. Yang dimaksud dengan menulis ekspresif adalah mengungkapkan pikiran dan atau perasaan ke dalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat dipahami oleh orang lain yang sebahasa. (Hallahan, et al, 1985: 143).
Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang paling banyak dialami, baik oleh anak maupun orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresif seseorang harus lebih dahulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran, membaca, mengeja, menulis dengan jelas, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi suatu jenis penulisan. Menurut Roit dan McKeinze yang dikutip Lovitt (1989: 252) (dalam Mulyono, 2009:231) ada tiga alasan yang menyebabkan kesulitan menulis ekspresif. Pertama, meskipun pendekatan analisis tugas mungkin sesuai untuk pengajaran matematika, dan mungkin juga membaca, pendekatan ini tidak sesuai untuk mengembangkan kemampuan menulis. Kedua, meskipun anak memperoleh banyak latihan tentang elemen-elemen menulis, mereka tidak memperoleh kesempatan yang cukup untuk menulis ekspresif. Ketiga, karena anak berkesulitan belajar kurang memiliki keterampilan metakognitif bila dibandingkan dengan anak yang tidak berkesulitan belajar.
Berdasarkan tiga alasan tersebut, Roit dan McKenzie (dalam Mulyono, 2009:231) mengemukakan tiga saran dalam menyusun program pengajaran menulis ekspresif, sebagai berikut:
1.      guru hendaknya sensitif terhadap akibat sikap negatif anak berkesulitan belajar terhadap menulis. Guru hendaknya hendaknya juga membantu anak agar mereka menyadari bahwa menulis. Guru hendaknya juga membantu anak agar mereka menyadari bahwa menulis atau mengarang merupakan sesuatu yang menuntut keaktifan, proses eksploratoris, dan pengorganisian pikiran.
2.      Guru hendaknya menyusun suatu jadwal menulis dalam situasi dan konteks yang bervariasi untuk membantu anak dalam membuat generalisasi.
3.      Guru hendaknya menggunakan aktivitas yang berorientasi pada upaya membangkitkan rasa ingin tahu, semangat, prediksi dan sebagainya.
Dalam menyusun rancangan pembelajaran menulis ekspresif bagi anak berkesulitan belajar maupun yang tidak berkesulitan belajar, Hansen yang dikutip Lovitt (1989: 251) (dalam Mulyono, 2009:232) menyarankan agar mencakup hal-hal berikut:
1.      menulis perintah dan pemberitahuan
2.      menulis laporan tentang artikel atau cerita
3.      merangkum bacaan, pembicaraan, laporan tertulis, dan diskusi kelas
4.      menulis pengalaman pribadi
5.      menulis karangan imajinatif
6.      menulis surat untuk tujuan sosial dan bisnis
7.      menulis untuk majalah atau koran sekolah
8.      menulis untuk mengorganisasikan dan mengembangkan ide, dan
9.      menulis peringatan untuk diri sendiri dan orang lain.

2.2  Strategi Layanan Bagi Anak Kesulitan Mengarang
Martini Jamaris (2009:223) Keterampilan mengarang berkembang melalui latihan. Oleh sebab itu dalam penanggulangan kesulitan mengarang  ,latihan mengarang perlu mendapatkan perhatian khusus . Berbagai aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan latihan mengarang diantaranya adalah :
1.      Latihan peningkatan kelancaran dalam mengarang
Langkah – langkah :
1)      Berikan kepada siswa beberapa kata ,dan minta ia untuk menyusun kata-kata tersebut menjadi kalimat yang bermakna
2)      Minta anak untuk melengkapi kalimat yang belum lengkap,melengkapi suku kata,secara bertahap melengkapi lebih dari satu suku kata.
3)      Berikan pada anak sejumlah karangan, yang terdiri dari karangan yang belum memiliki kalimat yang belum lengkap dan karangan yang telah memiliki kalimat yang lengkap. Minta anak untuk menentukan subjek, kata kerja yang ada dalam karangan dan menentukan kalimat mana dalam karangan tersebut yang belum lengkap.
4)      Minta anak untuk menghubungkan dua kalimat pendek menjadi satu kalimat kompleks, berikan pada anak kata-kata yang dapat digunakan dalam kalimat kompleks seperti : karena, tetapi, atau, dan, setelah , sebelum.
5)      Berikan pada anak sejumlah kata benda dan ungkapan kata kerja dan minat anak untuk memperluas ungkapan kata kerja tersebut. Misalnya : “Ani makan”, “baju biru”, “malam”,”direstoran”. Kata-kata tersebut dapat dijadikan kalimat sebagai berikut “Ani yang memakai baju biru makan malam direstoran.
2.      Peningkatan kosa kata
Langkah-langkah dalam peningkatan kosa kata
1)      Bawa anak berekreasi untuk memeperluas pengalamannya atau melakukan kegiatan lain untuk memperluas pengalaman anak seperti membaca cerita dan membaca puisi. Setelah itu, ajak anka untuk mendiskusikan pengalaman-pengalaman yang diperolehnya melallui kegiatan tersebut. Sebagai kegiatan tambahan dapat dilakukan pemutaran flim, membuka kamus gambar, majalah dan surat kabar. Semuanya bertujuan untuk meningkatkan kosa kata anak. Setiap kali anak menggunakan kosa kata baru dalam kalimatnya jangan lupa memujinya.
2)      Diskusikan dengan anak mengenai minat khusus atau bakat yang dimilikinya seperti : minatnya dalam bola basket, menari atau musik dan lain-lain. Kemudian minta nak membuat daftar kata yang kaitan dengan minat dan hobi anka tersebut. Selanjutnya minta anak untuk membuat karangan yang berkaitan dengan minat atau bakat berdasarkan daftar kata  yang telah dibuatnya
3)      Minta anak menemukan kosa kata baru dengan memandang keluar kelas atau mendengarkan rekaman,menonton tv atau membaca buku.
4)      Berikan pada anak sejumlah tulisan dan minta ia untuk mengaris bawahi beberapa kata dan mencari persmaan dan perbedaan  dari kata yang digaris bawahi tersebut.
5)      Bagi kelas kedalam dua kelompok untuk melakukan permainan yang berkaitan dengan persamaan dan peredaan kata. Kegiatan ini terus dilakukan sampai kedua tim tidak dapat menemukan persmaan atau perbedaan kata yang ditampilkan.
6)      Sajikan suatu cerita pada anak dan minta ia menentukan kata atau paragrap yang sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Misalnya “temukan paragrap yang menunjukkan bahwa Ani sangat bahagia”, atau “jelaskan arti paragrap kedua dari cerita yang kamu baca”.

3.      Pengingkatan penggunaan struktur kalimat
Langkah-langkah dalam peningkatan penggunaan struktur kalimat :
1)      Berikan suatu paragrap  yang tidak memiliki tanda baca pada anak dan minta mereka menentukan tanda aca yang sesuai.
2)      Berikan suatu cerita yang tidak memiliki huruf besar pada anak dan minta ia menentukan letak huruf besar yang tepat pada bacaan tersebut.
3)      Berikan pada anak sejumlah kalimat aktif dan minta mereka untuk merubah kalimat tersebut dalam bentuk kalimat pasif
4)      Berikan pada anak sejumlah kalimat pasif dan minta mereka untuk merubah kalimat tersebut dalam bentuk kalimat aktif
5)      Minta anak untuk saling menukar hasil karangan yang telah ia buat dan minta ia mengoreksi kesalahan yang terdapat dalam karangan tersebut.

4.      Peningkatan kemampuan mengembangkan isi karangan
Langkah-langkah dalam peningkatan kemampuan mengembangkan isi karangan dapat dilakukan sebagai berikut:
1)      Bacakan pada anak suatu cerita yang menarik dan minta anak untuk menulis akhir dari cerita tersebut. Anak oleh saling memperlihatan hasil kerjanya untuk melihat pariasi yang ada dalam membuat akhir dari cerita tersebut.
2)      Buat kartu besar yang berbentuk bulat yang ditulisi dengan kata yang berkaitan dengan karakter, diskripsi tentang  karakter, tempat yang berkaitan dengan karakter yang dilakukan oleh karakter.

2.3 Adaptasi Pembelajaran Menulis Ekspresif (Mengarang)
Horizontal Scroll: Pasar 
Pagi-pagi, para pedagang pergi…… pasar.
Barang-barang…… agar kelihatan rapi.
Beberapa saat kemudian, para…… datang.
Pembeli dan pedagang menyetujui…… Pembeli menerima…… dan pedagang menerima…… Keduanya merasa…...

Deded Koswara (2013:118) Untuk mengembangkan kemampuan menulis ekspresif, pada kelas awal anak dimulai dengan latihan menulis kalimat sederhana, kalimat khusus, dari kalimat khusus ke kalimat umum dan umum ke khusus. Belajar mengoreksi tulisannya sendiri misalnya dalam penggunaan tanda baca, huruf, kalimat dan paragraph. Pada anak yang masi belajar disekolah dasar, anak dapat dilatih menyusun paragraph atau cerita dengan melengkapi sebuah cerita dengan kata atau kalimat. Sebagai ilustrasi misalnya anak diminta melengkapi sebuah cerita. Pada tahap-tahap awal anak dapat belajar dengan melengkapi tulisan cerita sederhana, seperti contoh berikut ini:







2.4 Pengajaran Remedial Menulis Ekspresif
            Mulyono (2009:246) Banyak anak berkesulitan belajar yang meskipun telah duduk di bangku SLTA tetapi memiliki pengalaman menulis Ekspresif yang sangat sedikit. Hal ini karena anak itu sendiri memiliki kecenderungan untuk menolak belajar ekspresif. Oleh karena itu, menyediakan kesempatan kepada anak berkesulitan belajar dengan berbagai macam menulis adalah sangat disarankan. Berikut ini mengemukakan berbagai strategi dalam kesempatan kepada anak berkesulitan belajar untuk menulis ekspresif.
1.      Pembelajaran dalam proses menulis. Dikutip oleh Lerner (1988:417) mengemukakan enam pendekatan untuk mengajarkan proses menulis bagi anak kesulitan belajar.
1)      Member kesempatan kepada anak untuk banyak menulis
2)      Menempatkan anak dalam suasana kehidupan yang gemar menulis
3)      Biarkan anak memilih topic tulisannya sendiri
4)      Model penulisan d berpikir strategis
5)      Mengembangkan berfikir reflektif
6)      Transfer kepemilikan dan control penulisan siswa.
2.      Memberikan motivasi secara bertingkat. Agar anak berani mengekspresikan pikiran dan perasaannya dalam bentuk tulisan, penulisan hendaknya diberikan secara bertingkat.
3.      Tulisan pribadi dan tulisan fungsional. Tulisan pribadi bertujuan untuk mengembangkan ide dan mengekspresikannya ke dalam bentuk tulisan. Tulisan fungsional bertujuan untuk agar oranglain memahami isi tulisan, dank arena itu teknik penulisannya harus sempurna. Dengan memisahkan tujuan pembelajaran dari dua jenis tulisan tersebut, anak akan belajar keduanya.
4.      Memberikan masukkan sebanyak-banyaknya.
5.      Melengkapi kalimat.
6.      Menggabungkan berbagai kalimat.



BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Mengarang adalah suatu aktivitas menuangkan ide atau gagasan ke dalam sebuah karya tulis dengan tujuan tertentu. Dalam proses mengarang, setiap ide perlu menggunakan kata yang kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat yang selanjutnya dikembangkan membentuk paragraf. Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan, mengarang adalah kegiatan menulis yang tersusun dengan teratur dari kata, kalimat, sampai paragraf yang saling berhubungan dan merupakan kesatuan yang utuh, dengan maksud menceritakan kejadian atau peristiwa. Adapun strategi yang dapat dilakukan dalam mengatasi kesulitan belajar mengarang adalah sebagai berikut:
1.                  Peningkatan kelancaran dalam mengarang
2.                  Peningkatan kosa kata
3.                  Peningkatan penggunaan struktur kalimat
4.                  Peningkatan kemampuan mengembangkan isi karangan

3.2   Saran
Demi kesuksesan di dalam proses pendidikan maka untuk kedepannya perlu diperhatikan dengan benar tentang bagaimana strategi yang kita lakukan sebagai pendidik untuk mengatasi masalah kesulitan dalam mengarang bagi anak berkesulitan belajar agar kedepannya masalah tersebut bisa teratasi dan lama-kelamaan kesulitan mengarang pada anak bisa hilang.



DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.           Jakarta: Rineka Cipta
Jamaris, Martini. 2009. Kesulitan Belajar perspektif, Asesmen dan    Penanggulangannya. Jakarta : Yayasan pemanas murni
Koswara, Deded. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Berkesulitan         Belajar Spesifik. Jakarta: Luxima


Tidak ada komentar:

Posting Komentar