BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pembahasan tentang
hakikat kesulitan belajar sangat diperlukan karena dalam kehidupan sehari-hari sering
ditemukan adanya penggunaan istilah tersebut secara keliru. Banyak orang,
termasuk sebagian para guru, tidak dapat membedakan antara kesulitan belajar
dengan tunagrahita. Dengan memahami hakikat kesulitan belajar,jumlah dan
klasifikasi mereka dapat ditentukan dan strategi penanggulangan yang efektif
dan efisian dapat dicari. Penyebab kesulitan belajar juga perlu dipahami. Kesulitan
belajar khusus merupakan suatu gangguan pada satu atau lebih proses psikologis
dasar yang meliputi pemahaman dan penggunaan bahasa, lisan atau tulisan, yang
dapat diwujudkan dengan kemampuan yang tidak sempurna dalam mendengar berfikir,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, atau melakukan perhitungan matematis.
Kesulitan
belajar memiliki beberapa bagian diantaranya seperti yang telah dijelaskan
diatas. Salah satu diantaranya ada kesulitan dalam mengarang. Mengarang merupakan
suatu bentuk ekspresi ide, perasaan yang dilakukan secara tertulis, suatu
bentuk komunikasi. Kemampuan mengarang merefleksikan tingkat kemampuan individu
dalam menyusun dan meningkatkan ide serta mengkomunikasikannya. Keterampilan
mengarang tidak akan muncul sampai seorang individu mendapat pengalaman
intensif yang berkaitan dengan membaca, mengeja dan mengepresikan ide secara
verbal. Anak berkesulitan mengarang merupakan anak yang mengalami masalah dalam
menyusun, mengepresikan ide, perasaan tertulis dalam bentuk komunikasi. Berbagai
hal dapat menyebabkan timbulnya masalh kesulitan mengarang. Oleh sebab itu
sebagai calon guru, mestinya bisa memahami dengan baik kesulitan yang dialami
anak, agar dalam pemberian layanan, batuan tepat pada yang dibutuhkan oleh
peserta didik.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan mengarang?
2.
Apa
yang menjadi factor penyebab anak menjadi kesulitan mengarang?
3.
Bagaimana
strategi mengatasi anak yang mengalami kesulitan mengarang?
1.3
Tujuan
Untuk memahami:
1. Pengertian mengarang
2. Factor penyebab anak
menjadi kesulitan dalam mengarang
3. Strategi mengatasi anak
yang mengalami kesulitan mengarang
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Mengarang
Menurut
Martini Jamaris (2009:219) Mengarang merupakan suatu bentuk ekspresi ide, perasaan
yang dilakukan secara tertulis, suatu bentuk komunikasi. Kemampuan mengarang
merefleksikan tingkat kemampuan individu dalam menyusun dan meningkatkan ide
serta mengkomunikasikannya. Keterampilan mengarang tidak akan muncul sampai
seorang individu mendapat pengalaman intensif yang berkaitan dengan membaca,
mengeja dan mengepresikan ide secara verbal. Anak berkesulitan mengarang
merupakan anak yang mengalami masalah dalam menyusun, mengepresikan ide, perasaan
tertulis dalam bentuk komunikasi. Berbagai hal dapat menyebabkan timbulnya
masalah kesulitan mengarang. Pengungkapan ide dan perasaaan secara tertulis
meliputi kegiatan berupa ketepatan menulis kata dengan bentuk huruf-hurufnya, ejaanya,
tata bahasa, tanda baca, penyajian ide dan pemilihan kata yang tepat. Oleh
sebab itu mengarang lebih sulit dari pada membaca atau menulis.
Mengarang disebut juga dengan menulis
ekspresif. Yang dimaksud dengan menulis ekspresif adalah mengungkapkan pikiran
dan atau perasaan ke dalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat dipahami oleh
orang lain yang sebahasa. (Hallahan, et al, 1985: 143).
Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang
paling banyak dialami, baik oleh anak maupun orang dewasa. Agar dapat menulis
ekspresif seseorang harus lebih dahulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran,
membaca, mengeja, menulis dengan jelas, dan memahami berbagai aturan yang
berlaku bagi suatu jenis penulisan. Menurut Roit dan McKeinze yang dikutip
Lovitt (1989: 252) (dalam Mulyono, 2009:231) ada tiga alasan yang menyebabkan
kesulitan menulis ekspresif. Pertama, meskipun pendekatan analisis tugas
mungkin sesuai untuk pengajaran matematika, dan mungkin juga membaca,
pendekatan ini tidak sesuai untuk mengembangkan kemampuan menulis. Kedua,
meskipun anak memperoleh banyak latihan tentang elemen-elemen menulis, mereka
tidak memperoleh kesempatan yang cukup untuk menulis ekspresif. Ketiga, karena
anak berkesulitan belajar kurang memiliki keterampilan metakognitif bila
dibandingkan dengan anak yang tidak berkesulitan belajar.
Berdasarkan tiga alasan tersebut, Roit
dan McKenzie (dalam Mulyono, 2009:231) mengemukakan tiga saran dalam menyusun
program pengajaran menulis ekspresif, sebagai berikut:
1.
guru
hendaknya sensitif terhadap akibat sikap negatif anak berkesulitan belajar
terhadap menulis. Guru hendaknya hendaknya juga membantu anak agar mereka
menyadari bahwa menulis. Guru hendaknya juga membantu anak agar mereka
menyadari bahwa menulis atau mengarang merupakan sesuatu yang menuntut
keaktifan, proses eksploratoris, dan pengorganisian pikiran.
2.
Guru
hendaknya menyusun suatu jadwal menulis dalam situasi dan konteks yang
bervariasi untuk membantu anak dalam membuat generalisasi.
3.
Guru
hendaknya menggunakan aktivitas yang berorientasi pada upaya membangkitkan rasa
ingin tahu, semangat, prediksi dan sebagainya.
Dalam menyusun rancangan pembelajaran
menulis ekspresif bagi anak berkesulitan belajar maupun yang tidak berkesulitan
belajar, Hansen yang dikutip Lovitt (1989: 251) (dalam Mulyono, 2009:232) menyarankan
agar mencakup hal-hal berikut:
1.
menulis
perintah dan pemberitahuan
2.
menulis
laporan tentang artikel atau cerita
3.
merangkum
bacaan, pembicaraan, laporan tertulis, dan diskusi kelas
4.
menulis
pengalaman pribadi
5.
menulis
karangan imajinatif
6.
menulis
surat untuk tujuan sosial dan bisnis
7.
menulis
untuk majalah atau koran sekolah
8.
menulis
untuk mengorganisasikan dan mengembangkan ide, dan
9.
menulis
peringatan untuk diri sendiri dan orang lain.
2.2 Strategi Layanan
Bagi Anak Kesulitan Mengarang
Martini
Jamaris (2009:223) Keterampilan mengarang berkembang melalui latihan. Oleh
sebab itu dalam penanggulangan kesulitan mengarang ,latihan mengarang perlu mendapatkan
perhatian khusus . Berbagai aktivitas yang dilakukan dalam kegiatan latihan
mengarang diantaranya adalah :
1.
Latihan
peningkatan kelancaran dalam mengarang
Langkah
– langkah :
1) Berikan
kepada siswa beberapa kata ,dan minta ia untuk menyusun kata-kata tersebut
menjadi kalimat yang bermakna
2) Minta
anak untuk melengkapi kalimat yang belum lengkap,melengkapi suku kata,secara
bertahap melengkapi lebih dari satu suku kata.
3) Berikan
pada anak sejumlah karangan, yang terdiri dari karangan yang belum memiliki
kalimat yang belum lengkap dan karangan yang telah memiliki kalimat yang
lengkap. Minta anak untuk menentukan subjek, kata kerja yang ada dalam karangan
dan menentukan kalimat mana dalam karangan tersebut yang belum lengkap.
4) Minta
anak untuk menghubungkan dua kalimat pendek menjadi satu kalimat kompleks, berikan pada anak kata-kata yang dapat digunakan dalam
kalimat kompleks seperti : karena, tetapi, atau, dan, setelah ,
sebelum.
5) Berikan pada anak
sejumlah kata benda dan ungkapan kata kerja dan minat anak untuk memperluas
ungkapan kata kerja tersebut. Misalnya : “Ani makan”, “baju biru”,
“malam”,”direstoran”. Kata-kata tersebut dapat dijadikan kalimat sebagai
berikut “Ani yang memakai baju biru makan malam direstoran.
2.
Peningkatan kosa kata
Langkah-langkah dalam peningkatan kosa kata
1)
Bawa anak berekreasi untuk memeperluas pengalamannya atau
melakukan kegiatan lain untuk memperluas pengalaman anak seperti membaca cerita
dan membaca puisi. Setelah itu, ajak anka untuk mendiskusikan
pengalaman-pengalaman yang diperolehnya melallui kegiatan tersebut. Sebagai
kegiatan tambahan dapat dilakukan pemutaran flim, membuka kamus gambar, majalah
dan surat kabar. Semuanya bertujuan untuk meningkatkan kosa kata anak. Setiap
kali anak menggunakan kosa kata baru dalam kalimatnya jangan lupa memujinya.
2)
Diskusikan dengan anak mengenai minat khusus atau bakat
yang dimilikinya seperti : minatnya dalam bola basket, menari atau musik dan
lain-lain. Kemudian minta nak membuat daftar kata yang kaitan dengan minat dan
hobi anka tersebut. Selanjutnya minta anak untuk membuat karangan yang
berkaitan dengan minat atau bakat berdasarkan daftar kata yang telah dibuatnya
3)
Minta anak menemukan kosa kata baru dengan memandang
keluar kelas atau mendengarkan rekaman,menonton tv atau membaca buku.
4)
Berikan pada anak sejumlah tulisan dan minta ia untuk
mengaris bawahi beberapa kata dan mencari persmaan dan perbedaan dari kata yang digaris bawahi tersebut.
5)
Bagi kelas kedalam dua kelompok untuk melakukan permainan
yang berkaitan dengan persamaan dan peredaan kata. Kegiatan ini terus dilakukan
sampai kedua tim tidak dapat menemukan persmaan atau perbedaan kata yang
ditampilkan.
6)
Sajikan suatu cerita pada anak dan minta ia menentukan
kata atau paragrap yang sesuai dengan pertanyaan yang diberikan. Misalnya
“temukan paragrap yang menunjukkan bahwa Ani sangat bahagia”, atau “jelaskan
arti paragrap kedua dari cerita yang kamu baca”.
3. Pengingkatan penggunaan struktur kalimat
Langkah-langkah dalam peningkatan penggunaan struktur
kalimat :
1)
Berikan suatu paragrap
yang tidak memiliki tanda baca pada anak dan minta mereka menentukan
tanda aca yang sesuai.
2)
Berikan suatu cerita yang tidak memiliki huruf besar pada
anak dan minta ia menentukan letak huruf besar yang tepat pada bacaan tersebut.
3)
Berikan pada anak sejumlah kalimat aktif dan minta mereka
untuk merubah kalimat tersebut dalam bentuk kalimat pasif
4)
Berikan pada anak sejumlah kalimat pasif dan minta mereka
untuk merubah kalimat tersebut dalam bentuk kalimat aktif
5)
Minta anak untuk saling menukar hasil karangan yang telah
ia buat dan minta ia mengoreksi kesalahan yang terdapat dalam karangan tersebut.
4. Peningkatan kemampuan mengembangkan isi karangan
Langkah-langkah dalam peningkatan kemampuan mengembangkan
isi karangan dapat dilakukan sebagai berikut:
1)
Bacakan pada anak suatu cerita yang menarik dan minta
anak untuk menulis akhir dari cerita tersebut. Anak oleh saling memperlihatan
hasil kerjanya untuk melihat pariasi yang ada dalam membuat akhir dari cerita
tersebut.
2)
Buat kartu besar yang berbentuk bulat yang ditulisi dengan kata yang berkaitan
dengan karakter, diskripsi tentang
karakter, tempat yang berkaitan dengan karakter yang dilakukan oleh
karakter.
2.3 Adaptasi
Pembelajaran Menulis Ekspresif (Mengarang)

2.4 Pengajaran Remedial Menulis
Ekspresif
Mulyono (2009:246) Banyak anak
berkesulitan belajar yang meskipun telah duduk di bangku SLTA tetapi memiliki
pengalaman menulis Ekspresif yang sangat sedikit. Hal ini karena anak itu
sendiri memiliki kecenderungan untuk menolak belajar ekspresif. Oleh karena
itu, menyediakan kesempatan kepada anak berkesulitan belajar dengan berbagai
macam menulis adalah sangat disarankan. Berikut ini mengemukakan berbagai
strategi dalam kesempatan kepada anak berkesulitan belajar untuk menulis
ekspresif.
1. Pembelajaran
dalam proses menulis. Dikutip oleh Lerner (1988:417) mengemukakan enam
pendekatan untuk mengajarkan proses menulis bagi anak kesulitan belajar.
1)
Member
kesempatan kepada anak untuk banyak menulis
2)
Menempatkan anak
dalam suasana kehidupan yang gemar menulis
3)
Biarkan anak
memilih topic tulisannya sendiri
4)
Model penulisan
d berpikir strategis
5)
Mengembangkan
berfikir reflektif
6)
Transfer
kepemilikan dan control penulisan siswa.
2. Memberikan
motivasi secara bertingkat. Agar anak berani mengekspresikan pikiran dan
perasaannya dalam bentuk tulisan, penulisan hendaknya diberikan secara
bertingkat.
3. Tulisan
pribadi dan tulisan fungsional. Tulisan pribadi bertujuan untuk mengembangkan
ide dan mengekspresikannya ke dalam bentuk tulisan. Tulisan fungsional
bertujuan untuk agar oranglain memahami isi tulisan, dank arena itu teknik
penulisannya harus sempurna. Dengan memisahkan tujuan pembelajaran dari dua
jenis tulisan tersebut, anak akan belajar keduanya.
4. Memberikan
masukkan sebanyak-banyaknya.
5. Melengkapi
kalimat.
6. Menggabungkan
berbagai kalimat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mengarang
adalah suatu aktivitas menuangkan ide atau gagasan ke dalam sebuah karya tulis
dengan tujuan tertentu. Dalam proses mengarang, setiap ide perlu menggunakan
kata yang kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat yang selanjutnya
dikembangkan membentuk paragraf. Dari uraian tersebut di atas dapat
disimpulkan, mengarang adalah kegiatan menulis yang tersusun dengan teratur
dari kata, kalimat, sampai paragraf yang saling berhubungan dan merupakan
kesatuan yang utuh, dengan maksud menceritakan kejadian atau peristiwa. Adapun
strategi yang dapat dilakukan dalam mengatasi kesulitan belajar mengarang
adalah sebagai berikut:
1.
Peningkatan
kelancaran dalam mengarang
2.
Peningkatan kosa
kata
3.
Peningkatan
penggunaan struktur kalimat
4.
Peningkatan
kemampuan mengembangkan isi karangan
3.2 Saran
Demi
kesuksesan di dalam proses pendidikan maka untuk kedepannya perlu diperhatikan
dengan benar tentang bagaimana strategi yang kita lakukan sebagai pendidik
untuk mengatasi masalah kesulitan dalam mengarang bagi anak berkesulitan belajar
agar kedepannya masalah tersebut bisa teratasi dan lama-kelamaan kesulitan
mengarang pada anak bisa hilang.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono.
2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Jamaris, Martini.
2009. Kesulitan Belajar perspektif, Asesmen dan Penanggulangannya. Jakarta : Yayasan pemanas murni
Koswara, Deded. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Berkesulitan Belajar Spesifik.
Jakarta: Luxima
Tidak ada komentar:
Posting Komentar