BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Konseling merupakan bantuan terarah yang diberikan individu dengen menciptakan kondisi yang kondusif agar individu dapat berkembang secara wajar sesuai dengan kapasitas dan peluang yang dimilikinya dan membantu individu agara dapat mencapai pengertian tentang dirinya sehubungan dengan masalah-masalah yang dihadapapi saat ini maupun saat yang akan datang sehingga dia berguna untuk dirinya dan masyarakan baik secara perorangan dan kelompok, serta mampu mandiri dan berkembang secara optimal melalui bidang bimbingan pribadi, social, belajar, dan karir, yang dilakukan dengan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dimana prosesnya adalah untuk mempeajari individu secara lebih bermakna yang berlangsung secara kolektif , kooperatif dan transaksional pada setiap tatanan kehidupan.
Pada anak tunaganda konseling dilakukan secara terus menerus dari tempat tinggal sampai tempat kerja dilakukan secara kolaboratif dari semua unsur terkait yang diarahkan pada perkembangannya.
B. Rumusan Masalah
1. Konsep dasar konseling.
2. Layanan konseling bagi anak tunaganda dan majemuk.
3. Fungsi konseling bagi anak tunaganda dan majemuk.
4. Prinsip-prinsip penyusunan layanan bimbingan dan konseling.
5. Langkah-langkang penyusunan program bimbingan dan konseling.
6. Landasan teoritis layanan konseling bagi anak tunaganda.
C. Tujuan
Makalah ini disusun agar kita bisa memahami bagaimana pentingnya layanan konseling pada pembentukan kemandirian dan kepribadian anak tunaganda dan majemuk.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP DASAR KONSELING
1. Pengertian Konseling
Konseling merupakan bantuan terarah yang diberikan individu dengen menciptakan kondisi yang kondusif agar individu dapat berkembang secara wajar sesuai dengan kapasitas dan peluang yang dimilikinya dan membantu individu agara dapat mencapai pengertian tentang dirinya sehubungan dengan masalah-masalah yang dihadapapi saat ini maupun saat yang akan datang sehingga dia berguna untuk dirinya dan masyarakan baik secara perorangan dan kelompok, serta mampu mandiri dan berkembang secara optimal melalui bidang bimbingan pribadi, social, belajar, dan karir, yang dilakukan dengan berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dimana prosesnya adalah untuk mempeajari individu secara lebih bermakna yang berlangsung secara kolektif , kooperatif dan transaksional pada setiap tatanan kehidupan.
Pada anak tunaganda konseling dilakukan secara terus menerus dari tempat tinggal sampai tempat kerja dilakukan secara kolaboratif dari semua unsur terkait yang diarahkan pada perkembangannya.
B. Layanan Konseling Bagi Anak Tunaganda dan Majemuk
Dengan keragaman anak tunaganda, maka masalah yang munculpun akan beragam, sehingga penanganan yang diperlukan akan beragam. Oleh karena itu dibutuhkan assesmen yang tepat bagi setiap anak. Ada tiga masalah yang muncul berhubungan dengan anak tunaganda antara lain berkaiatan dengan komunikasi, sosialisasi dan vokasional.
Layanan bimbingan dan konseling di sekolah bertjuan membantu siswa agar bertanggung jawab dan memiliki kemandirian dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan.
Bimbingan berupaya membekali individu dengan berbagai pengetahuan, keterampilan dan pengalaman agar mempu lebih siap menghadapi kehidupan di masa kini dan masa yang akan datang. Bimbingan yang dikembangkan pada lembaga pendidikan persekolahan termasuk di SLB-G memiliki tiga karakteristik,adukatif, pengembangan dan outreach.
C. Fungsi Konseling Bagi Anak Tunaganda dan Majemuk
Fungsi konseling bagi tunaganda adalah untuk mengenal, memhamai dan mengembang kan potensi yang dimiliki untuk mengaktualisasikan dirinya.
Selain untuk merehabilitasi anak tunaganda yakni memulihkan dan mengmbangkan kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan fungsi dan peranan social secara wajar di dalam masyarakat serta meningkatkan kemandirian.
D. Prisip-prisip Penyusunan Program Bimbingan Konseling
Untuk menyusun bimbingan bagi anak tunaganda dibutuhkan minimal dua kriteria bidang bimbingan dan konseling yang baik, yaitu:
a. Program bimbngan konseling memberi arah dan pedoman pada setiap penyelenggaraan bimbingan.
a. Program bimbngan konseling memberi arah dan pedoman pada setiap penyelenggaraan bimbingan.
b. Program bimbingan hendaknya dapat dilakukan.
Dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling, konselor tidak memberikan suatu pemecahan melainkan berusaha menciptakan situasi sehingga klien atau siswa menemukan sesuatu yang berharga bagi dirinya, menimbulkan perubahan pandangan, perubahan pola hidup, perubahan sikap, terjadi pemecahan masalah, dimana siswa perlu mengadakan perubahan sikap pada dirinya.
E. Langkah-langkah Penyusunan Program Bimbingan dan Konseling
Suhaeri dan Purwanta 1996:212 menyebutkan:
a. Melakukan study kelayakan.
b. Menetapkan prioritas masalah dan kebutuhan yang ditangani melalui pelayanna bimbingan konseling.
c. Menetapkan isi, bentuk dan teknik kegiatan bimbingan konseling sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah.
d. Menetapkan waktu pelaksanaan masing-masing kegiatan ynag hendak dilakukan.
e. Menyusun alat evaluasi untuk menilai keberhasilan program.
Peters dan Shetzers 1974:111-113 mengemukakan:
a. Perencanaan/planning
Pada tahapan ini biasanya dilakukan analisis kebutuhan dari subjek yang akan menjadi focus implementasi program kerja yang di rumuskan.
b. Membuat keputusan/decision making
Pada tahap ini adalah tahap untuk memutuskan bentuk program bimbingan seperti apa yang sesuai dengan kebutuhan layanan bimbingan yang akan dilaksanakan.
c. Koordinasi/coordination
Dalam proses ini, perumus program melakukan analisis bagaimana program bimbingan yang telah diputuskan, dapat di implementasikan secara efektif dengan melibatkan berbagai pihak.
d. Mengarahkan/directing
Dalam tahap ini perumus program menjelaskan bagaimana teknik implementasi dari program bimbingan yang telah di rumuskan
e. Mengembangkan/developing
Merupakan tahpan pelaksanaan yang telah dirumuskan dimana pihak perumus program memberikan ruang dan waktu untuk mengembangkan program bimbingan yg telah dilaksanakan selama proses imlplementasi atas dasar manfaat dan efektifitas hasil.
f. Evaluasi/evaluating
Tahap yang memfokuskan untuk menilai tingat efektifitas dalam proses pelaksanaan program bimbingan dan analisis dampak dari pelaksanaan program bimbingan terhadap kualitas prilaku dari pihak yang menjadi subjek dari pelaksanaan program bimbingan.
g. Perencanaan untuk Tahap Berikutnya/ planning future steps
Tahap ini merupakan kesimpulan dan refleksi dari analisis hasil evaluasi dimana dirumuskan upaya perbaikan dan pengembangan program bimbingan untuk tahap atau kegiatan berikutnya.
F. Landasan Teoritis Layanan Konseling Bagi anak Tunaganda
a. Teori Behafiorisme
Thorndike, Ivan Pavlov, BF Skinner, Ibrahim, dan Syaodih (1993:13:15) mengemukakan bahwa kehidupan individu manusia terdiri dari unsur-unsur. Beberapa cirinya antara lain:
1. Mengutamakan unsur-unsur atau bagian kecil.
2. Bersifat mekanik.
3. Menekankan peranan linkungan.
4. Mementingkan peranan reaksi atau respon.
5. Menekankan pentingnya latihan.
Sehubungan dengan gangguan dasar yang dialami anak tunaganda adalah gangguan mental, maka setiap latihan yang diberikan kepada mereka sering kali lupa, sehingga guru/pembimbing harus memberikan latihan yang sama secara berulang-ulang.
b. Teori Humanisme
Teori humanisme juga dapat diterapkan terhadap anak tunaganda, dimana memandang bahwa anak (termasuk anak tunaganda) adalah makhluk unik serta berbeda dari orang dewasa dan juga berbeda satu sama lain, berkembang secara fisik, mental, maupun emosional, memiliki kesiapan belajar sebagai hasil dari kematangan dan pengalaman (Kartadinata dan Dantes 1997:5)
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Layanan bimbingan dan konseling bagi anak kelainan ganda dan majemuk memiliki prinsip-prinsip yang harus selalu diperhatikan dan langkah-langkang penyusunan layanan yang harus diikuti supaya layanan berjalan dengan baik dan sesuai kebutuhan anak.
B. SARAN
Diharapkan anggota kelompok dan pembaca dapat memahami makalah ini dan dapat menerapkan dalam pelayanan anak kelainan ganda dan majemuk.
Daftar Pustaka
http://digilib.upi.edu/administrator/fulltext/d_bp_029736_usjafri_zalmi_chapter2.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar