BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kurikulum
merupakan hala yang pokok dalam dunia pendidikan. Hal-hal yang berhubungan
dengan pencapaian tujuan pendidikan dipandang sebagai kurikulum. Pengertian
kurikulum yang semakin meluas, sehingga membuat para pelaksana kurikulum
memberikan batasan sendiri terhadap kurikulum.
Namun
perbedaan pengertian tersebut tidak menjadi masalah yang besar terhadap
pencapaian tujuan pendidikan, apabila kurikulum tetap berpegang pada
prinsip-prinsip yang mendasarinya. Perwujudan prinsip, aspek dan konsep
kurikulum tersebut terletak pada guru. Sehingga guru memiliki tanggung jawab
terhadap tercapainya tujuan kurikulum itu sendiri.
Oleh
karena itu, seorang pelaksana kurikulum perlu mengetahui dan melaksanakan
prinsip-prinsip apasaja yang terdapat dalam kurikulum. Namun hal ini sering
diabaikan oleh para pelaksana kuikulum, sehingga pencapaian tujuan pendidikan
tidak optimal atau bahkan melenceng dari tujuan sebenarnya. Hal ini yang
mendasari penulis untuk menyusun makalah yang berjudul prinsip prinsip
pengembangan kurikulum. Salah satunya yaitu agar para pelaksana kurikulum dapat
memahami dan melaksanakan prinsip tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Dari
latar belakang di atas dapat ditarik rumusan masalah:
1. Apakah pengertian dari prinsip pengembangan
kurikulum?
2. Apakah prinsip-prinsip dalam
pengembangan kurikulum?
3. Mengapa prinsip di perlukan dalam
pengembangan kurikulum?
4. Apa saja yang faktor yang
mempengaruhi perkembangan kurikulum?
C.
Tujuan
Penyusunan
makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Memahami makna prinsip dalam
pengembangan kurikulum
2. Mengerti dan memahami
prinsip-prinsip apa saja yang terdapat dalam kurikulum.
3. Menerapkan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum dalam pelaksanaannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pengembangan
kurikulum adalah sebuah proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang
lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah
berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang baik. Dengan
kata lain pengembangan kurikulum adalah kegiatan untuk menghasilkan kurikulum
baru melalui langkah-langkah penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian
yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Prinsip kurikulum dapat juga
dikatakan sebagai aturan yang menjiwai pengembangan kurikulum. Prinsip tersebut
mempunyai tujuan agar kurikulum yang didesain atau dihasilkan sesuai dengan
permintaan semua pihak yakni anak didik, orangtua, masyarakat dan bangsa.
Pada
umumnya ahli kurikulum memandang kegiatan pengembnagn kurikulum sebagai suatu
proses yang kontinu, merupakan suatu siklus yang menyangkut beberapa kurikulum
yaitu komponen tujuan, bahan, kegiatan dan evaluasi.
Kurikulum
di Indonesia mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam masyarakat. Penerapan prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum salah satunya dijelaskan oleh Dr. Wina Sanjaya dalam
kurikulum berbasis kompetensi dimana dalam prinsip pengembangan ini juga
memperhatikan beberapa aspek mendasar tentang karakteristik bangsa.
B.
Macam
–Macam prinsip dalam kurikulum
Oemar
Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi delapan macam,
antara lain:
1.
Prinsip
Berorientasi Pada Tujuan
Pengembngan kurikulum diarahkan
untuk mencapai tujuan tertentu, yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan
Nasional. Tujuan kurikulum merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan
satuan dan jenjang pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai. Yang selanjutnya menumbuhkan
perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut dan
bertalian dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan nasional.
2.
Prinsip
Relevansi (Kesesuaian)
Pengembangan kurikulum yang meliputi
tujuan, isi dan system penyampaian harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan
keadaan masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi
dengan perkembnagan ilmu pengetahuan dan tegnologi.
3.
Prinsip
Efisiensidan Efektifitas.
Pengembangan kurikulum harus
mempertimbangkan segi efisien dan pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan
sumber-sumber yang tersedia agar dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang
terbat harus digunakan sedemikina rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan
pembelajaran. Waktu yang tersedia bagi siswa belajar disekolah juga terbatas
sehingga harus dimanfaatkan secara tepat sesuai dengan tata ajaran dan bahan
pembelajaran yang diperlukan. Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik dalam
jumlah maupun dalam mutunya, hendaknya didaya gunakan secara efisien untuk
melaksanakan proses pembelajaran. Demikian juga keterbatasan fasilitas ruangan,
peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus digunakan secara tepat oleh sswa
dalam rangka pembelajaran, yang semuanya demi meningkatkan efektifitas atau
keberhasilan siswa.
4.
Prinsip
Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah
disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan
ekosistem dan kemampuan setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam
suatu kurikulum disediakan program pendidikan ketrampilan industri dan
pertanian. Pelaksanaaan di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian.,
maka yang dialaksanakan program ketrampilan pendidikn industri. Sebaliknya,
pelaksanaan di desa ditekankan pada program ketrampilan pertanian. Dalam hal
ini lingkungan sekitar, keadaaan masyarakat, dan ketersediaan tenaga dan
peralatan menjadi faktor pertimbangan dalam rangka pelaksanaan kurikulum.
5.
Prinsip
Kontiunitas
Kurikulum disusun secara
berkesinambungan, artinya bagian-bagian, aspek-spek, materi, dan bahan kajian
disusun secara berurutan, tidak terlepas-lepas, melainkan satu sama lain
memilik hubungan fungsional yang bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan,
struktur dalam satuan pendidikn, tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip
ini, tampak jelas alur dan keterkaitan didalam kurikulum tersebut sehingga
mempermudah guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
6.
Prinsip
Keseimbangan
Penyusunan kurikulum memerhatikan
keseimbangan secara proposional dan fungsional antara berbagai program dan
sub-program, antara semau mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang
ingin dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik,
antara unsur-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora, dan keilmuan perilaku.
Dengan keseimbangan tersebut diaharapkan terjalin perpaduan yang lengkap dan
menyeluruh, yang satu sama lainnya saling memberikan sumbangan terhadap
pengembangan pribadi.
7.
Prinsip
Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan
berdasarkan prinsip keterpaduan, perencanaan terpadu bertitik tolak dari
masalah atau topik dan konsistensi antara unsur-unsusrnya. Pelaksanaan terpadu
dengan melibatkan semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat
inter sektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi yang bulat
dan utuh. Diamping itu juga dilaksanakan keterpaduan dalam proses pembalajaran,
baik dalam interaksi antar siswa dan guru maupun antara teori dan praktek.
8.
Prinsip
Mutu
Pengembangan kurikulum berorientasi
pada pendidikan mutu, yang berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran yang bermutu
ditentukan oleh derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan,/media
yang bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan
pendidikan nasional yang diaharapkan.
Sementara
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata membedakan prinsip pengembangan kurikulum
dalam dua hal yaitu prinsip-prinsip umum dan prinsip-prinsip khusus.
Prinsip-prinsip umum meliputi :
1.
Relevansi
Dalam hal ini dapat dibedakan
relevansi keluar yang berarti bahwa tujuan, isi, dan proses belajar harus
relevan dengan tuntutan, kebutuhan dan perkembangan masyarakat dan relevansi ke
dalam berarti bahwa terdapat kesesuaian atau konsistensi antara
komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan, isi, proses penyampaian dan
penilaian yang menunjukkan keterpaduan kurikulum.
2.
Fleksibilitas
Kurikulum harus dapat mempersiapkan
anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan di tempat lain,
bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Hal ini
berarti bahwa kurikulum harus berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam
pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan
kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.
3.
Kontinuitas
Terkait dengan perkembangan dan
proses belajar anak yang berlangsung secara berkesinambungan, maka pengalaman
belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu
tingkat kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan
jenjang lainnya, serta antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan.
4.
Praktis/efisiensi
Kurikulum harus praktis, mudah
dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya murah. Dalam hal
ini, kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan,
baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia.
5.
Efektifitas
Efektifitas berkenaan dengan
keberhasilan pelaksanaan kurikulum baik secara kuantitas maupun kualitasnya.
Kurikulum merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan dari kebijakan-kebijakan
pemerintah. Dalam pengembangannya, harus diperhatikan kaitan antara aspek utama
kurikulum yaitu tujuan, isi, pengalaman belajar, serta penilaian dengan
kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Prinsip-prinsip
khusus dalam pengembangan kurikulum meliputi:
1. Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan pendidikan merupakan pusat dan arah semua kegiatan
pendidikan sehingga perumusan komponen pendidikan harus selalu mengacu pada
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Tujuan ini bersifat umum atau jangka
panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Perumusan tujuan pendidikan
bersumber pada ketentuan dan kebijakan pemerintah, survey mengenai persepsi
orangtua / masyarakat tentang kebutuhan mereka, survey tentang pandangan para
ahli dalam bidang-bidang tertentu, survey tentang manpower,
pengalaman-pengalaman negara lain dalam masalah yang sama, dan penelitian.
2. Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Dalam perencanaan kurikulum perlu mempertimbangkan beberapa
hal, yaitu perlunya penjabaran tujuan pendidikan ke dalam bentuk perbuatan
hasil belajar yang khusus dan sederhana, isi bahan pelajaran harus meliputi
segi pengetahuan, sikap, dan keterampilan, dan unit-unit kurikulum harus
disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
3. Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar-mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar hendaknya mempertimbangkan
beberapa hal, yaitu apakah metode yang digunakan cocok, apakah dengan metode
tersebut mampu memberikan kegiatan yang bervariasi untuk melayani perbedaan
individual siswa, apakah metode tersebut juga memberikan urutan kegiatan yang
bertingkat-tingkat, apakah penggunaan metode tersebut dapat mencapai tujuan
kognitif, afektif dan psikomotor, apakah metode tersebut lebih menaktifkan
siswa, apakah metode tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru, apakah
metode tersebut dapat menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah dan rumah
sekaligus mendorong penggunaan sumber belajar di rumah dan di masyarakat, serta
perlunya kegiatan belajar yang menekankan learning by doing, bukan hanya
learning by seeing and knowing.
4. Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Proses belajar mengajar perlu didukung oleh penggunaan media
dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat. Untuk itu perlu diperhatikan
beberapa hal berikut, yaitu alat/media apa yang dibutuhkan, bila belum ada apa
penggantinya, bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat, bagaimana
pembiayaannya, dan kapan dibuatnya, bagaimana pengorganisasiannya dalam
keseluruhan kegiatan belajar, serta adanya pemahaman bahwa hasil terbaik akan
diperoleh dengan menggunakan multi media
5. Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan
kegiatan penilaian meliputi kegiatan penyusunan alat penilaian harus mengikuti
beberapa prosedur mulai dari perumusan tujuan umum, menguraikan dalam bentuk
tingkah laku siswa yang dapat diamati, menghubungkan dengan bahan pelajaran dan
menuliskan butir-butir tes. Selain itu, terdapat bebarapa hal yang perlu juga
dicermati dalam perencanaan penilaian yang meliputi bagaimana kelas, usia, dan
tingkat kemampuan siswa yang akan dites, berapa lama waktu pelaksanaan tes,
apakah tes berbentuk uraian atau objective, berapa banyak butir tes yang perlu
disusun, dan apakah tes diadministrasikan guru atau murid. Dalam kegiatan
pengolahan haisl penilaian juga perlu mempertimbangkan beberapa hal yaitu norma
apa yang digunakan dalam pengolahan hasil tes, apakah digunakan formula guessing
bagaimana pengubahan skor menjadi skor masak, skor standar apa yang digunakan,
serta untuk apa hasil tersebut digunakan.
Menurut
Drs. Subandijah, prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum meliputi:
1. Prinsip relevansi
Lulusan pendidikan harus memiliki nilai relevansi dengan
tuntutan dan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja karena pendidikan merupakan invested
of man power resources. Untuk itu diperlukan kurikulum yang dapat
mengantisipasi apa yang terjadi pada masa yang akan dating. Relevansi adalah
kesesuaian dan keserasian pendidikan dengan tuntutan masyarakat (Subandijah,
1993; 48). Relevansi pendidikan dalam hal ini berkenaan dengan:
- Relevansi pendidikan dengan lingkungan kehidupan peserta didik Dalam hal ini, pengembangan kurikulum harus disesuaikan dengan kehidupan nyata di sekitar peserta didik, sehingga peserta didik tidak merasa asing dengan kehidupan di sekitarnya.
- Relevansi pendidikan dengan kehidupan sekarang dan kehidupan yang akan datang. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum harus memperhatikan bahwa apa yang diajarkan kepada peserta didik pada saar ini bermanfaat baginya untuk menghadapi kehidupannya di masa yang akan datang, atau dengan kata lain kurikulum harus bersifat anticipatory.
- Relevansi pendidikan dengan tuntutan dunia kerja. Hasil pendidikan juga harus sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Dalam hal ini tidak saja terkait dengan segi bahan atau isi tetapi juga menyangkut segi belajar dan pengalaman belajar.
- Relevansi pendidikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. pendidikan harus menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang berjalan sangat cepat dan dapat memberi sumbangan terhadap perkembangan tersebut. Pendidikan harus menyiapkan peserta didik baik sebagai produsen ilmu pengetahuan, tidak hanya sebagai konsumen iptek.
2. Prinsip efektitifas dan efisiensi
- Prinsip efektifitas
Efektifitas dalam dunia pendidikan berkenaan dengan sejauh
mana apa yang direncanakan atau diinginkan dapat dilaksanakan atau dicapai. Hal
ini terkait dengan efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar murid.
Efektifitas mengajar guru dapat dicapai dengan menguasai keahlian dan
keterampilan dalam mengelola dan melaksanakan proses belajar-mengajar yang
dapat ditingkatkan dengan kegiatan pembinaan baik melalui penataran maupun
penyediaan buku-buku. Efektifitas belajar murid terkait dengan sejauhmana
tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan
belajar-mengajar. Hal ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam
menyediakan suasana pembelajaran yang kondusif, yang dapat dicapai dengan
menyesuaikan bahan pengajaran dengan minat, kemampuan dan kebutuhan peserta
didik serta lingkungan, dan adanya dukungan sarana prasarana yang memadai serta
metode yang tepat.
- Prinsip efisiensi
Efisiensi dalam proses belajar-mengajar berarti bahwa waktu,
tenaga dan biaya yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran dapat
merealisasikan hasil yang optimal.
3. Prinsip kesinambungan
Kesinambungan dalam pengembangan kurikulum menyangkut
kesaling hubungan antara berbagai tingkat dan jenis program pendidikan atau
bidang studi. Untuk mencapai kesinambungan, kurikulum harus disusun dengan
mempertimbangkan :
- Bahan pelajaran yang diperlukan untuk sekolah yang lebih tinggi harus sudah diajarkan di sekolah sebelumnya
- Bahan yang sudah diajarkan di sekolah yang lebih rendah tidak perlu diajarkan lagi di sekolah yang lebih tinggi
Kesinambungan
antar berbagai bidang studi berarti bahwa dalam mengembangkan kurikulum harus
mempertimbangkan keterkaitan antara bidang suti yang satu dengan bidang studi
lainnya.
1. Prinsip fleksibilitas
Kurikulum
harus memberikan ruang gerak yang memberikan kebebasan guru dalam mengembangkan
program pengajaran. Guru dalam hal ini memiliki otoritas dalam pengembangan
kurikulum yang sesuai dengan minat, kebutuhan peserta didik dan kebutuhan
daerah lingkungannya. Disamping itu, peserta didik harus diberi kebebasan dalam
memilih program pendidikan yang sesuai dengan minat, bakat, kebutuhan dan
lingkungan dengan membuka program-program pendidikan pilihan misalnya jurusan,
program spesialisasi, atau program keterampilan.
2. Prinsip berorientasi pada tujuan
Guru
harus menentukan tujuan pengajaran sebelum menentukan bahan. Hal ini berarti
bahwa guru dapat menentukan dengan tepat metode mengajar, alat pengajaran dan
evaluasi yang digunakan dalam proses belajar-mengajar.
3. Prinsip pendidikan seumur hidup
Dalam
hal ini, pendidikan harus dapat memberi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
pada saat peserta didik tamat dari sekolah dan memberikan bekal kemampuan untuk
dapat menumbuh-kembangkan dirinya sendiri.
4. Prinsip dan model pengembangan kurikulum
Pengembangan
kurikulum dilakukan secara bertahap dan terus-menerus dengan mengadakan
perbaikan terhadap pelaksanaan dan hasil yang telah dicapai untuk melakukan
perbaikan, pemantapan dan pengembangan lebih lanjut
Dari
beberapa macam-macam prinsip yang dikemukakan oleh para ahli pengembangan
kurikulum diatas, ada lima prinsip yang mendasari pengembangan kurikulum:
1. Prinsip relevansi
2. Prinsip efektifitas
3. Prinsip efisiensi
4. Prinsip kesinambungan dan,
5. Prinsip fleksibilitas
C.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kurikulum
Dalam
Sukmadinata (2012 : 158), ada tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum, yaitu :
1.
Pergururan Tinggi
Perguruan
tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum sekolah.
1) Dari segi pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetahuan
dan teknologi banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses
pembelajaran. Jenis pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan
mempengaruhi isi pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan
teknologi selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu
dan media pendidikan.
2) Dari segi pengembangan ilmu
pendidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK, seperti IKIP, FKIP, STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui
penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.
Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta
kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan
implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai
jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa ni, umumnya disiapkan oleh LPTK
melalui berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar
masih banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara
berangsur-angsur mereka mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi
pendidikan guru melalui program diploma dan sarjana.
2.
Masyarakat
Sekolah
merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas mempersiapkan anak
didik untuk dapat hidup secara bermatabat di masyarakat. Sebagai bagian dan
agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di
tempat sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi
masyarakat penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan dan tuntutan mereka.
Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat yang
homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani
aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam
masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarkat
akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini karena sekolah tidak hanya sekedar
mempersiapkan anak untuk selesai sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup,
bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di masyarakat berimplikasi pada
kurikulum yang dikembangkan dan digunakan sekolah.
3.
Sistem Nilai
Dalam
kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan,
sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga
bertangung jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai positif yang
tumbuh di masyarakat. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut
harus terintegrasikan dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum
ialah nilai yang ada di masyarakat itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya
heterogen, terdiri dari berbagai kelompok etnis, kelompok vokasional, kelompok
intelek, kelompok sosial, dan kelompok spritual keagamaan, yang masing-masing
kelompok itu memiliki nilai khas dan tidak sama. Dalam masyarakat juga terdapat
aspek-aspek sosial, ekonomi, politk, fisik, estetika, etika, religius, dan
sebagainya. Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang
berbeda. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi pebagai
nilai yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya :
1.
Guru
mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat
2.
Guru
berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral
3.
Guru
berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
4.
Guru
menghargai nlai-nilai kelompok lain
5.
Memahami
dan menerima keragaman budaya yang ada
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari penjelasan
diatas, dapat disimpulkan bahwa:
1.
Prinsip
kurikulum dapat juga dikatakan sebagai aturan yang menjiwai pengembangan
kurikulum. Prinsip tersebut mempunyai tujuan agar kurikulum yang didesain atau
dihasilkan sesuai dengan permintaan semua pihak yakni anak didik, orangtua,
masyarakat dan bangsa.
2.
Macam
– macam prinsip kurikulum yang harus ditaati dalam pengembangan kurikulum
adalah sebagai berikut:
a.
Prinsip
relevansi
b.
Prinsip
efektifitas
c.
Prinsip
efisiensi
d.
Prinsip
kesinambungan dan,
e.
Prinsip
fleksibilitas
f.
Prinsip-prinsip
tersebut mempunyai tujuan agar kurikulum yang didesain atau dihasilkan sesuai
dengan permintaan semua pihak yakni anak didik, orangtua, masyarakat dan
bangsa.
3.
Dalam Sukmadinata (2012 : 158), ada
tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, yaitu :
a.
Perguruan Tinggi
b.
Masyarakat
c.
Sistem nilai
Daftar Pustaka:
Sukmadinata, N.
S. (2012). Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar