BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini di menalam perkembangan zaman semakin banyak terjadinya permasalahan – permasalahan yang pelik dan sulit untuk dihindari karena, suadah hilangnya rasa mencintai kepada banggsa sendiri, sudah hilangnya nilai – nilai budaya, nilai – nilai moral dan sosial di tubuh msayarakat indonesia.
Oleh karena itu disini saya mengulas tentang permasalahan – permasalah budaya, moral dan sosial pada kesempatan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan arti lingkungan bagi manusia.
2. Problematika lingkungan yang diakibatkan manusia.
C. Tujuan Makalah
1. Apa arti lingkungan bagi manusia?
2. Apa problematika lingkungan yang di akibatkatkan lingkungan?
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Arti Lingkungan Bagi Manusia
Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Arti penting lingkungan bagi manusia adalah sebagai berikut.
1. Lingkungan merupakan tempat hidup manusia. Manusia hidup, berada, tumbuh, dan berkembang di atas bumi sebagai lingkungan.
2. Lingkungan memberi sumber – sumber penghidupan manusia.
3. Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang mendiaminya.
4. Lingkungan memberi tantangan bagi kemajuan peradaban manusia.
5. Manusia memperbaiki, mengubah, bahkan menciptakan lingkungan untuk kebutuhan dan kebahagiaan hidup.
Bangsa Indonesia memiliki pandangan tentang pentingnya lingkungan hidup bagi manusia. Bahwa lingkungan hidup Indonesia yang dipandang sebagai karunia dan rahmat Tuhan yang Maha Esa kepada rakyat dan bangsa indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala aspek dan matranya yang sesuai dengan wawasan nusantara. Oleh karena itu, lingkungan hidup Indonesia wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuan agar dalam tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat Indonesia serta makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu sendiri.
Pengelolaan lingkungan hidup yang diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas berkelanjutan yang berwawsan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Warga atau masyarakat dapat berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup. Kesempatan berperan serta itu dapat dilakukan melalui cara sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemandirian, keberdayaan masyarakat, dan kemitraa.
2. Menumbuhkembangkan kemampuan dan kepeloporan masyarakat.
3. Menumbuhkan ketanggapan masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial.
4. Memberikan saran dan pendapat.
5. Menyampaikan informasi dan atau menyampaikan laporan.
BAB III
KASUS MANUSIA DAN LINGKUNGAN
A. Kasus Buyat, Bencana Lingkungan Buatan Manusia
Kasus pencemaran merkuri di sekitar Teluk Buyat, Kabupaten Minahasa Selatan, Sulawesi Utara telah menetaskan pro dan kontra antara pemerintah dengan masyarakat pemerhati lingkungan. Pemerintah dengan sikapnya yang arogan mempertontonkan kepada masyarakat bahwa di sana tak terjadi pencemaran dengan suatu adegan “dagelan yang tak lucu” makan ikan dari teluk yang diduga telah tercemar logam berat. Tak lucu karena dengan makan ikan satu kali saja dari laut yang tercemar tentu belum berdampak negatif bagi kesehatan. Berbeda dengan rakyat kecil dan miskin yang tinggal di sana yang setiap hari dalam rentang waktu lama mengonsumsi ikan yang sudah tercemar, so pasti dalam darahnya terdapat logam berat merkuri.
Keyakinan ini terbukti dari hasil penelitian yang dilakukan Pusat Kajian Risiko dan Keselamatan Lingkungan FMIPA UI bekerja sama dengan Laboratorium Departemen Kimia FMIPA UI. Empat warga Desa Buyat yang datang ke Jakarta ternyata kadar total merkuri dalam darah mereka melebihi ambang batas yang ditentukan International Programme on Chemical Safety, rata-rata 8 mikrogram per liter. Meski hasil penelitian ini tak merekomendasi lokasi, sumber utama penyebab pencemaran dan efek yang ditimbulkan, namun sudah cukup untuk memberi lampu kuning akan timbulnya gejala penyakit minamata di masa datang jika tak ada intervensi pemerintah guna mengurangi pencemaran merkuri.
Kasus pencemaran merkuri yang kini terjadi di desa Buyat, Minahasa membawa kita ke Minamata. Betapa tidak! Tragedi kemanusiaan yang dipicu ketidakadilan pembangunan ekonomi ini, telah meminta korban nyawa bocah lima bulan Andini Lenzun, mengingatkan kita pada kota kecil pemukiman nelayan di ujung selatan Jepang. Rakyat yang memiliki sumber daya alam yang sarat kandungan logam mulia (emas) – perhiasan yang menunjukkan kelas sosial-ekonomi si pemakai – justru hidup dalam lingkaran kemiskinan. Seperti penuturan Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Noongan Kabupaten Minahasa, Albert Elia Tangel, penyakit yang diderita warga Teluk Buyat tidak saja akibat pencemaran merkuri, tapi juga penyakit akibat faktor kurang gizi karena daerah sekitar pemukiman merupakan rawa-rawa yang sulit ditanami tanaman pangan. Bahkan lingkungan tempat tinggal mereka tidak memenuhi syarat kesehatan. Sebagai kawasan yang dekat dengan pertambangan, air bersih yang dikonsumsi disinyalir sudah tercemar logam berat (Kompas, 28 Juli 2004).
Kasus Buyat adalah suatu ironi, bak tikus mati dalam lumbung padi. Sebagai stakeholder kekayaan alam, emas, harus menderita dalam lingkaran kemiskinan yang berhilir pada kurang gizi dan penyakit ikutannya. Penderitaan ratusan atau ribuan rakyat Buyat adalah fenomena puncak gunung es, yang tampak baru permukaannya saja. Di lapisan bawah, ada seonggok bencana lingkungan buatan manusia yang kerap membahayakan kesehatan dan memunculkan kemiskinan baru. Kasus Indorayon, yang berganti kulit menjadi Toba Pulp Lestari di Porsea, Kabupaten Toba, Sumut adalah contoh lain, yang menghadirkan kemiskinan dan segumpal masalah lingkungan di tengah masyarakat di seputar pabrik kertas ini. Demikian juga berbagai kasus yang diberitakan media, berbagai sungai di Kalimantan dan air laut di Teluk Jakarta sudah tercemar. Indonesia tak kunjung menjadi bangsa yang baik dalam mengelola lingkungan sebab tak sedikit jumlah perusahaan pelanggar tertib lingkungan yang tak terjangkau hukum.
Makin buruknya kualitas lingkungan belakangan ini berkaitan erat dengan persoalan serius yang dihadapi pemerintah, yakni berhadapan dengan pilihan sulit: menutup atau membiarkan perusahaan yang sudah terlanjur diberi izin. Sebab berkaitan dengan pengangguran, iklim investasi dan lain-lain. Namun di balik itu, karena kurangnya pengawasan dari instansi terkait, yang menuai bencana dari pencemaran adalah rakyat kecil yang tak pernah merasakan nikmatnya kehadiran perusahaan tersebut di sekitarnya.
Ini berarti, sengsara membawa nikmat. Sengsara bagi rakyat kecil dan nikmat bagi pemilik perusahaan. Yang pada gilirannya berhilir pada sesuatu tragedi kemanusiaan bernama ketidakadilan karena selain persoalannya begitu luas dan menyeluruh, juga kompleks dan rumit oleh kehidupan politik yang bercorak machiavellis, yang menyemaikan ketidakpercayaan, kebencian dan ketakutan.
Kini, akibat kesalahan masa lalu yang menempatkan pertumbuhan ekonomi ketimbang pemerataan sehingga sah-sah saja mengeksploitasi sumber daya alam atas dasar paradigma kepintaran dan keterampilan, kita menuai kemiskinan dalam tiga bidang, yakni miskin pendidikan, miskin kesehatan dan miskin ekonomi.Yang menempatkan Human Development Index (HDI) Indonesia 2004 di urutan 111 dari 175 negara di dunia. Peringkat ini menunjukkan keprihatinan kita terhadap kualitas sumber daya manusia.
B. Studi Kasus Buyat, Bencana Lingkungan Buatan Manusia
Bercermin pada pencemaran merkuri di Teluk Buyat, pemerintah harus menempatkan pembangunan berkelanjutan menjadi tema sentral guna mengusung perbaikan keamanan pangan. Jalur merkuri, selain lewat udara pernapasan dan kulit (jenis krim pemutih), logam berat ini dapat bersemayam dalam tubuh kita melalui makanan dan minuman. Bukti menunjukkan bahwa pencetus penyakit minamata adalah logam merkuri dari limbah buangan industri pupuk urea. Kisah duka berawal dari berdirinya Chisso Co Ltd dengan produksi utama pupuk urea yang langsung membuang limbahnya yang mengandung merkuri ke Teluk Minamata. Masyarakat nelayan yang setiap hari mengonsumsi ikan hasil tangkapannya dari teluk tersebut terjangkit suatu penyakit yang saat itu dianggap aneh.
Pemerintah Indonesia sepatutnya dapat belajar dari pencemaran merkuri di Teluk Minamata, mengingat dahsyatnya pengaruh yang ditimbulkan terhadap keamanan pangan. Mulai dari dampak buruknya terhadap kesehatan hingga perdagangan internasional. Dengan makin ketatnya belakangan ini persyaratan untuk memproleh izin ekspor produk pangan olahan, Indonesia tak bisa lagi mengabaikan isu lingkungan demi investasi. Bukti sudah menunjukkan banyak produk pangan ekspor dari Indonesia seperti ikan, udang dan kerang, sering ditolak hanya karena tercampur sehelai rambut atau bulu burung, antibiotik dan logam-logam berat seperti merkuri.
Untuk itu, kita menunggu keseriusan pemerintah hasil pemilihan umum 2004 membebaskan sungai dan pantai di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Jakarta dan lain-lain dari cemaran metilmerkuri dan logam-logam berat lainnya. Dengan mengikuti analisis dampak lingkungan secara ketat dan mengelola industri secara berdisplin, pembangunan industri akan mampu meningkatkan devisa negara yang pada gilirannya dapat mensejahterakan rakyat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kasus buyat adalah suatu contoh tragis dari keteledoran dan keegoisan dari aparat – aparat tertentu yang hanya memikirkan kebahagiaan dan kemakmuran sendiri. Maka dari itu kita sebagai rakyat indonesia dan penerus bangsa perjuangkanlah nasib dan hak – hak warga negara indonesia.
Daftar Pustaka
Herimanto, Winarno .2008. Ilmu Sosialdan Budaya Dasar. Jakarta. Bumi Aksara.
http://rabaiahnuraini.blogspot.com/2012/09/manusia-dan-lingkungan-studi-kasus-t
Tidak ada komentar:
Posting Komentar